Senin, 18 Agustus 2014

Quantum

Bismillahirrahmanirrahim,

Gak semua orang bisa kemudian menduduki jabatan seorang direktur. Apalagi misalkan direktur utama, apalagi jika kemudian posisi perusahaannya adalah perusahaan besar, berskala nasional bahkan internasional. Gak semua orang tuh. Karena itu hanya orang-orang yang memenuhi kompetensi itulah yang kemudian bisa ikut fit and proper test dan kemudian ikut serangkaian penyaringan hingga kemudian akhirnya dipilih dan terpilih.

Tidak semua orang juga punya kompetensi untuk
menjadi guru. Harus punya latar belakang, harus punya sekarang ini sertifikasi guru. Kalau ada yang kemudian terjaring menjadi guru tapi belum ikut sertifikasi dan kompetensinya kurang, maka, ada serangkaian usaha yang dilakukan oleh lembaga atau dia pribadi untuk menaikkan dia punya kompetensi. Misalnya kemudian, ikut kuliah lagi menyempurnakan yang kurang kemarin. Barangkali dia cuman tamatan SMA. Atau dia ikut pendidikan diploma atau akta IV. Kemudian ikut seminar ini, seminar itu, hingga kemudian dia menjadi guru yang punya kompetensi bagus.

Apalagi tidak semua orang kemudian bisa punya kompetensi untuk menjadi kepala sekolah. Terutama jadi kepala-kepala sekolah, terutama sekolah-sekolah yang bagus, sekolah negeri unggulan misalnya, atau sekolah swasta internasional misalnya. Seperti itulah kompetensi di dalam kehidupan nyata.

Tapi nyatanya gitu yah, banyak orang-orang yang sebenarnya secara kompetensi gak ada gitu, jauh, tapi dia bisa duduk bersanding sama si direktur utama di perusahaan multinasional, bisa duduk kemudian sama rata, sejajar, setaradengan kepala-kepala sekolah. Dia kemudian malah mengendalikan guru-guru yang punya kompetensi. Kenapa? Karena ternyata dia punya kompetensi yang lain. Misalnya, kompetensi uang, dia misalkan dikaruniai oleh Allah perusahaan tambangyang kemudian menjelma menjadi sebuah perusahaan besar. Akhirnya dia bisa salaman dan duduk bareng dengan mereka-mereka jajaran direksi dari perusahaan-perusahaan lain yang sudah skalanya multi nasional atau internasional.

Nah, kira-kira kompetensi seperti itulah ...

Saya akan mengajak lagi misalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari seperti ini. Seorang, maaf ya, ini misalkan ya, seorang yang kemudian kerja sebagai tenaga kerja atau karyawan honorer. Dia belum pantas atau belum wayah-nya lah bisa punya rumah. Belum wayah-nya juga bisa punya mobil. Belum wayah-nya bisa pergi haji. Dan kayaknya bakal panjang gitu, perjalanannya kalo dia mau jadi orang kaya. Paling-paling jadi orang senang, hehehe. Walaupun jadi orang senang lebih enaklah daripada jadi orang kaya. Belum tentu orang kaya itu senang, ya kan?!

Ternyata di kehidupan ini ada banyak orang-orang yang begitu lewat perjalanannya setengah tahun, ternyata … Subhanallah, bisa punya apa-apa yang diidam-idamkan oleh orang banyak. Punya pasangan yang menyejukkan hati, punya rumah dalam waktu yang bersamaan, punya usaha juga, sementara dia tetap menjadi karyawan atau tenaga kerja honorer di perusahaan tersebut.

Kok masih kerja honorer? Misalnya, karena masih terikat kontrak atau apalah yang dia merasa, ini masalahnya bukan duit tapi masalah tanggung jawab. Tapi dia sebenarnya sudah berubah hidupnya.

Di kantong saya ini banyak testimoni-testimoni sedekah, testimoni sholat malem, testimoni ke masjid, testimoni sholat berjamaah, testimoni Qur’an. Ini ternyata rahasianya. Sesuatu yang bisa membolak-balikkan keadaan.

Ternyata, orang ini punya satu jalan yang menaikkan kompetensi yang di luar pengetahuan manusia, dia ngebut belajar ngaji ketika di masa SMA-nya, akhirnya dia jago ngaji dan dia bisa ngajarin ngaji orang dan dia pun tergerak ngapalin Qur’an misalnya. Lalu, akhirnya menjadi seorang penghafal Qur’an. Dalam keadaan seperti itu, kemudian, mengajar rumah sini, rumah sana, akhirnya, tibalah dia pada satu rumah dan ternyata di sana ada anak gadisnya. Lalu si anak gadis ini adalah anak dari orang kaya yang kemudian menganggap si ustadz ini adalah anaknya juga. Hingga kemudian dinikahkan oleh ayahnya. Sementara, dia ngajarnya cuman sore hari atau malam hari karena paginya, siangnya dia bekerja. Ada loh, banyak orang seperti itu, termasuk pengalaman saya pribadi.

Kalau melihat pesantren, Ya Allah, saya bilang ini kompetensi siapa ya yang Allah izinkan saya kemudian bisa menggerakkan Indonesia, bisa kemudian buka 4.000 cabang rumah-rumah tahfidz di seluruh tanah air dan jumlahnya masih terus bertambah. Kompetensi apa gitu? Ini amal siapa gitu? Yang kemudian Allah gerakkan sehingga kemudian bisa menjelma menjadi seperti ini gitu. Karena kalau dari sisi saya pribadi, saya merasa amal saya sedikit, wah ini mesti ada daya katrol yang lain yang kemudian luber ke saya gitu.

Nah saya melihat gitu kan, macem apa, kayak nenek saya, kayak orang tua saya, keluarga saya, itu orang-orang tua saya, termasuk orang tua dari istri saya. Beuh, sholat malemnya jago-jago. Jago-jago sholat malemnya dari jam 2, setengah 3, udahstand by buat sholat malem dan sholat tahajud. Akhirnya, luber gitu, narik ke saya sebagai cucunya dan sebagai anaknya, narik ke saya sebagai buyutnya, ke maqam, ke derajat yang harusnya saya belum sampai. Kira-kira seperti itu.

Nah temen-temen yang dirahmati Allah. Kemarin kita sudah belajar tentang sholat malam. Coba deh jajal. Keber terus itu sholat malam. Hajar terus. Keber betul sama istri, suami, sama anak-anak. Hingga kemudian saudara akan melihat saudara naik derajat senaik-naiknya. Padahal saudara mungkin belom nyampe sama kompetensi yang kata orang belum waktunya, belum wayah-nya. Insya Allah, saya doakan mudah-mudahan seluruh muslim-muslimat dan bangsa ini kompetensinya bagus sehingga bisa memenangkan persaingan di waktu-waktu yang akan datang, Insya Allah, mudah-mudahan, kita saling doa-mendoakan, kita masih berbicara tentang kompetensi, gak tau nih sampai kapan abisnya, Tapi, mudah-mudahan ini bermanfaat.

Ala kulli hal, tadi saya diizinkan Allah sholat Ashar berjamaah, ketika jalan kemudian ada sahabat saya, tetangga saya keluar dari rumahnya. Rumahnya ini lama banget direnovasi gak kelar-kelar. Terus saya sapa beliau dengan bertanya, “Mas ini kapan kelarnya?”

“Tau nih, duitnya abis ustadz, hehe”

“Ente sih, renovasinya pake duit.”

Dia ketawa. “Make apa emang kalo bukan make duit?”

“Make sholawat. Nih ntar pulang dari Masjid. Ente tempelin tangan ente ke tembok yang lagi direnovasi, kan belom di-aci, belom dicat, ente tempelin tangan ente terus ente berdoa dah sama Allah, “Ya Allah, mudah-mudahan ini rumah selesai, renovasinya beres, nah sebelum ente doa, ente baca sholawat, setelah ente doa baca lagi sholawat.” Begitu ane bilang sama dia. Insya Allah, mudah-mudahan itu rumah yang direnovasi bisa selesai dengan izin Allah pakai ilmu sholawat.

Yah ini tambahan buat temen-temen semua yang ngikutin reguler twit di YM. Setiap hari Insya Allah jam 20 mudah-mudahan bisa diistiqomahin tiap malem. Aamiin. Dimuat juga di akun twitter @Yusuf_Mansur dan di web www.yusufmansur.com. Mudah-mudahan jadi tambahan jadi temen-temen jangan ngandelin duit. Jangan ngandelin ikhtiar belaka karena nanti tidak ada lompatan. Kita make sholawat lah, ya kan, Insya Allah, insya Allah, Insya Allah, bukan hanya urusan rumah yang mau direnovasi kok, urusan yang lain-lain make ilmu sholawat Insya Allah bisa beres, yah.

Kapan-kapan kita bicara soal sholawat. Atau ubek-ubek aja ya, YouTube yang saya bicara tentang sholawat. Atau tulisan-tulisan saya yang bicara tentang sholawat lain-lain lah, coba dijajal-jajal.

Terima kasih. Mudah-mudahan manfaat. Dan saya tunggu teman-teman juga untuk menyempurnakan masjid tahfidz. Dan kirimin doa, kirimin sholawat, supaya masjid tahfidz yang ini bisa selesai. Dengan rizki dari Allah SWT. Dan saya berdoa, mudah-mudahan saudara-saudara semua diizinkan Allah menjadi salah seorang yang rizkinya mengalir ke masjid tahfidz sehingga semua amalan masjid tahfidz Darul Quran pun mengalir ke tangan bapak ibu semua. Aamiin, Ya Robbal Alamin. Makasih saya Yusuf Mansur. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar